hati meretak menyisakan luka
meleburkan tanya menjadi konsep-konsep yang tak terjawab
kutatap langit, tak kutemukan satu petunjukpun disana
detik berdetak meninggalkan goresan panjang yang hanya mampu kutatap tanpa berbuat apapun
dan bagaimana bila waktu tetap tak peduli ?
ia biarkan nafasku terhenti di sini tanpa berikanku kesempatan meraih matahari
titik-titik cahaya di langit hitam itu memandangku dingin, bahkan enggan
aku terseok dalam kepingan hidup yang berserak
dan terus bergerak
perlahan sayatkan luka tanpa darah
mungkin seperti itulah sakit yang abadi
tanpa jeritan
hanya keheningan semu yang menusuk
tanpa air mata
melainkan tangisan tanpa suara yang memilu
merindukan senyum bintangku yang kini bersembunyi entah dimana
tergantikan oleh gugusan yang bahkan menatapkupun tak sudi
aku terhenyak di sini
perih
kualihkan pandangan pada bulan yang tersenyum
ia tampak bersinar sempurna
"palsu," bisikku
karena aku tahu ia hanya memantulkan
tak lebih baik
dari sekedar bayang-bayang
aku mencari di balik awan
mungkin bintangku terampas mendung
telah lelah jemariku mencabik
surai surai kelabu yang kini menyesatkanku
bintang, dimana kau ?
aku butuh petunjuk
aku butuh harapanku yang hilang!
sebelum pagi datang menjelang dan aku terpuruk mati di sini
mungkin kau akan temukanku di dasar kelopak mawar yang nyaris layu
pagi nanti
aku,
setetes embun yang kehilangan seluruh cahaya dalam dirinya
surabaya, kuukir ceritaku dengan luka tanpa darah - dengan rasa sakit yang abadi
Minggu, 11 Oktober 2009
penantian dengan kesakitan yang abadi
Diposting oleh Venus Aretha di 20.53
Label: poems, sorrowness
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar